what if we lost our stars?
"Jika Matahari tidak ada sejak awal, maka planet-planet di Tata Surya tidak akan terbentuk dan Bumi tidak akan pernah ada. Artinya kita dan seluruh kehidupan tidak akan pernah ada. Mengapa demikian? Karena Bumi dan seluruh planet terbentuk dari materi yang ada di piringan gas dan debu yang membentuk Matahari.
Tapi jika pertanyaannya diubah menjadi “apa yang terjadi seandainya Matahari tiba-tiba menghilang?”
Matahari adalah salah satu bintang yang ada di alam semesta. Dia hadir menjadi pusat bagi planet-planet lainnya. Seluruh planet di tata surya, dengan setia selalu memutari matahari tanpa henti. Namun apa yang terjadi seandainya bintang di tata surya ini tiba-tiba menghilang?
~
Aku juga punya bintang. Tidak satu. Ada empat.
Kau tahu bintangku?
Dia dapat berjalan, tersenyum, tertawa terbahak-bahak. Dia bisa lembut membelai, dia bisa juga keras memarahi. Kau tahu cukup dengan ada empat bintang ini aku tak butuh kehangatan apapun diluar lintasan orbitku. Dengannya aku selalu memutari keras-lembutnya hidup. Kau pasti tidak tahu bahwa bintang-bintangku ini pernah berada pada kondisi tersulit tapi aku bahkan yang selalu memutarinya setiap hari tidak tahu. Senyum mereka bahkan tidak menceritakan keresahan apapun.
Aku senang aku punya 4 bintang.
Apa saja kulakukan untuk membuat bintangku tertawa terbahak-bahak, menangis penuh kebahagian ketika aku yang selalu memutarinya, juara dikelas, membawa pulang medali-piala apapun lah itu kerumah. Apa saja.
Aku bangga aku punya tujuan untuk selalu membahagiakan mereka.
Bintang-bintangku.
Orang lain juga punya bintang. Tapi punyaku selalu spesial.
Bintangku tak pernah peduli dengan keadaannya. Keadaanku yang paling utama. Aku tidak tahu apa-apa. Aku masih terlalu muda untuk mengerti bahwa pengorbanan itu selalu terjadi.
Kau tahu ada teorema, yang mungkin tidak akan kau temukan dibuku manapun bahwa penyakit seseorang dapat dipindahkan ke orang lain jika yang berpenyakit dipeluk?
Bintangku memelukku semalaman hanya agar panas tubuhku dapat pindah padanya
Menurut bapak-bapak yang berkerja di PBB, 25.000 orang mati setiap hari karena kelaparan. Dan bintangku begitu dekat sekali dengan angka itu pada suatu siang karena hanya aku yang makan. Recehnya hanya sanggup menanggung suapan satu anak manusia. Dan dia tidak.
Ia selalu punya cara untuk mengorbankan seluruh hidupnya untukku. Termasuk saat ternyata dia menyimpan dan menutup-nutupi bahwa dia memiliki penyakit yang sama sekali tidak bisa disembuhkan. Aku tidak tahu apa-apa.
Aku masih terlalu muda untuk mengerti bahwa pengorbanan itu selalu terjadi.
Bintangku yang paling bersinar, kini sudah hilang ditelan malam.
Orang lain juga punya bintang. Tapi punyaku selalu berbeda.
Dia primitif. Adakah yang menyayangi dengan selalu memarahi-meneriaki-menyindir? Dia bintangku. Berulang kali aku menangis. Sungguh keras dan tajam tatanan kata-katanya. Memang selalu tidak ada bagian tubuhku yang memar dan membiru, tapi hatiku sepertinya mulai keras. Tapi dia juga menyayangiku secara lembut. Ketika aku diajarkannya untuk menggopoh badannya yang lemah habis akan tenaga. Ketika dia mengajariku bagaimana aku bisa bangga punya bintang yang kuat ketika harus berhadapan dengan penyakit-penyakit yang selalu menusuk tiap senti bagian tubuh tiap detiknya. Dia yang mengajari ku untuk selalu bersyukur atas apa yang telah dititipkan.
Bintangku membuat hatiku menjadi keras sekaligus lembut.
Dan aku juga diajari bahwa dia juga titipan. Dia ditelan kabut pagi. Pagi dimana kami memandang langit yang berbeda.
Orang lain juga punya bintang. Tapi punyaku ini aku bahkan tidak tahu betapa lembut senyumnya.
Yang kutahu tiba-tiba dia meredup hilang sebelum aku mengerti bahwa aku mempunyainya. Ketika aku besar dan terus membesar aku baru sadar bahwa aku telah kehilangan sosoknya. Bagaimana bisa aku tidak berurai ketika aku tahu bahwa dia sangat dicintai oleh banyak orang? Kemana kau pergi, kau tahu dia punya teman yang baik yang selalu merindukan dia.
Yang kutahu, aku bahkan tidak tahu betapa lembut senyumnya.
Orang punya bintang. Aku juga.
Tapi sepertinya, bintang-bintangku menghilang.
Aku pernah punya empat. Tapi aku hanya punya satu sekarang.
Dia renta dan ringkih. Aku hanya tidak tahan untuk bisa selalu memutarinya. Tapi apa daya, aku mengorbitnya dua sekali setahun. Bintangku yang satu ini sangat jauh sekali. Aku selalu menyayangi bintang-bintangku. Tapi sepertinya Tuhan mulai mengambil satu persatu bintangku.
Sejatinya tidak ada sesuatu yang menghilang dari kehidupan kita karena pada dasarnya "kita tidak pernah memiliki apapun".
Aku tidak tahu bagaimana jadinya jika satu-satunya bintang terakhirku hilang dalam kegelapan.
Kepada siapa harus aku berputar?
Aku takut aku tak punya lintasan lagi. Aku saja takut hanya untuk berpikir bahwa mungkin tiba-tiba aku tidak bergerak parabolik lagi, tapi lurus menuju bayang malam dan tertabrak oleh kerasnya hidup. Aku tak tahan membayangkan betapa mengerikannya hal itu.
Orang-orang tak pernah mengerti, dan aku juga tak berharap mereka mengerti bahwa aku sudah kehilangan banyak bintang dalam hidupku. Tapi untuk kau yang pada ini detik masih tidak mengerti kenapa bintang-bintang ini ditipkan padamu, berpikirlah! Berpikirlah dengan keras. Gunakanlah setiap ruang yang ada pada sel-sel otakmu dan rangkailah semuanya. Kau pasti tidak akan pernah bisa menjawab 'bagaimana jika, kau kehilangan bintang-bintang itu?'
Rasakanlah hangat bintangmu selagi bisa, Kawan…
Karena mungkin saja kau tak tahu apa rasanya kehilangan bintangmu dipenghujung malam.
Matahari adalah salah satu bintang yang ada di alam semesta. Dia hadir menjadi pusat bagi planet-planet lainnya. Seluruh planet di tata surya, dengan setia selalu memutari matahari tanpa henti. Namun apa yang terjadi seandainya bintang di tata surya ini tiba-tiba menghilang?
~
Aku juga punya bintang. Tidak satu. Ada empat.
Kau tahu bintangku?
Dia dapat berjalan, tersenyum, tertawa terbahak-bahak. Dia bisa lembut membelai, dia bisa juga keras memarahi. Kau tahu cukup dengan ada empat bintang ini aku tak butuh kehangatan apapun diluar lintasan orbitku. Dengannya aku selalu memutari keras-lembutnya hidup. Kau pasti tidak tahu bahwa bintang-bintangku ini pernah berada pada kondisi tersulit tapi aku bahkan yang selalu memutarinya setiap hari tidak tahu. Senyum mereka bahkan tidak menceritakan keresahan apapun.
Aku senang aku punya 4 bintang.
Apa saja kulakukan untuk membuat bintangku tertawa terbahak-bahak, menangis penuh kebahagian ketika aku yang selalu memutarinya, juara dikelas, membawa pulang medali-piala apapun lah itu kerumah. Apa saja.
Aku bangga aku punya tujuan untuk selalu membahagiakan mereka.
Bintang-bintangku.
Orang lain juga punya bintang. Tapi punyaku selalu spesial.
Bintangku tak pernah peduli dengan keadaannya. Keadaanku yang paling utama. Aku tidak tahu apa-apa. Aku masih terlalu muda untuk mengerti bahwa pengorbanan itu selalu terjadi.
Kau tahu ada teorema, yang mungkin tidak akan kau temukan dibuku manapun bahwa penyakit seseorang dapat dipindahkan ke orang lain jika yang berpenyakit dipeluk?
Bintangku memelukku semalaman hanya agar panas tubuhku dapat pindah padanya
Menurut bapak-bapak yang berkerja di PBB, 25.000 orang mati setiap hari karena kelaparan. Dan bintangku begitu dekat sekali dengan angka itu pada suatu siang karena hanya aku yang makan. Recehnya hanya sanggup menanggung suapan satu anak manusia. Dan dia tidak.
Ia selalu punya cara untuk mengorbankan seluruh hidupnya untukku. Termasuk saat ternyata dia menyimpan dan menutup-nutupi bahwa dia memiliki penyakit yang sama sekali tidak bisa disembuhkan. Aku tidak tahu apa-apa.
Aku masih terlalu muda untuk mengerti bahwa pengorbanan itu selalu terjadi.
Bintangku yang paling bersinar, kini sudah hilang ditelan malam.
Orang lain juga punya bintang. Tapi punyaku selalu berbeda.
Dia primitif. Adakah yang menyayangi dengan selalu memarahi-meneriaki-menyindir? Dia bintangku. Berulang kali aku menangis. Sungguh keras dan tajam tatanan kata-katanya. Memang selalu tidak ada bagian tubuhku yang memar dan membiru, tapi hatiku sepertinya mulai keras. Tapi dia juga menyayangiku secara lembut. Ketika aku diajarkannya untuk menggopoh badannya yang lemah habis akan tenaga. Ketika dia mengajariku bagaimana aku bisa bangga punya bintang yang kuat ketika harus berhadapan dengan penyakit-penyakit yang selalu menusuk tiap senti bagian tubuh tiap detiknya. Dia yang mengajari ku untuk selalu bersyukur atas apa yang telah dititipkan.
Bintangku membuat hatiku menjadi keras sekaligus lembut.
Dan aku juga diajari bahwa dia juga titipan. Dia ditelan kabut pagi. Pagi dimana kami memandang langit yang berbeda.
Orang lain juga punya bintang. Tapi punyaku ini aku bahkan tidak tahu betapa lembut senyumnya.
Yang kutahu tiba-tiba dia meredup hilang sebelum aku mengerti bahwa aku mempunyainya. Ketika aku besar dan terus membesar aku baru sadar bahwa aku telah kehilangan sosoknya. Bagaimana bisa aku tidak berurai ketika aku tahu bahwa dia sangat dicintai oleh banyak orang? Kemana kau pergi, kau tahu dia punya teman yang baik yang selalu merindukan dia.
Yang kutahu, aku bahkan tidak tahu betapa lembut senyumnya.
Orang punya bintang. Aku juga.
Tapi sepertinya, bintang-bintangku menghilang.
Aku pernah punya empat. Tapi aku hanya punya satu sekarang.
Dia renta dan ringkih. Aku hanya tidak tahan untuk bisa selalu memutarinya. Tapi apa daya, aku mengorbitnya dua sekali setahun. Bintangku yang satu ini sangat jauh sekali. Aku selalu menyayangi bintang-bintangku. Tapi sepertinya Tuhan mulai mengambil satu persatu bintangku.
Sejatinya tidak ada sesuatu yang menghilang dari kehidupan kita karena pada dasarnya "kita tidak pernah memiliki apapun".
Aku tidak tahu bagaimana jadinya jika satu-satunya bintang terakhirku hilang dalam kegelapan.
Kepada siapa harus aku berputar?
Aku takut aku tak punya lintasan lagi. Aku saja takut hanya untuk berpikir bahwa mungkin tiba-tiba aku tidak bergerak parabolik lagi, tapi lurus menuju bayang malam dan tertabrak oleh kerasnya hidup. Aku tak tahan membayangkan betapa mengerikannya hal itu.
Orang-orang tak pernah mengerti, dan aku juga tak berharap mereka mengerti bahwa aku sudah kehilangan banyak bintang dalam hidupku. Tapi untuk kau yang pada ini detik masih tidak mengerti kenapa bintang-bintang ini ditipkan padamu, berpikirlah! Berpikirlah dengan keras. Gunakanlah setiap ruang yang ada pada sel-sel otakmu dan rangkailah semuanya. Kau pasti tidak akan pernah bisa menjawab 'bagaimana jika, kau kehilangan bintang-bintang itu?'
Rasakanlah hangat bintangmu selagi bisa, Kawan…
Karena mungkin saja kau tak tahu apa rasanya kehilangan bintangmu dipenghujung malam.
Komentar
Posting Komentar