Bagiku, kau adalah sebuah kemewahan. Aku adalah lelaki yang tidak banyak punya. Pun aku tidak banyak harta. Hanya rasa, yang kupanen berlimpah-limpah. Ku simpan, untuk kau lusa nanti ku hibah. Mempertahankanmu adalah sembilu, yang menancap dalam, terkoyaknya bagian manapun, bersimbah darahnya kutersenyum. Aku ingin, menjadi pengemis, mengemis hangat padamu, agar kau hibahkan juga padaku, yang kekurangan, yang tidak memiliki apa-apa. kau adalah sebuah kemewahan bagiku.
In the beginning of the day, the feeling of missing you is paused. Covered by tasks, problems, and so on. Yet it is unpaused and start from where it has been left a moment after all my list of the day are done. I miss you till the sun is arose. And it is paused, again.
Aku bertanya pada kopi tadi Setelah aku makan tiada rasa makan Setelah aku tidur tiada rasa tidur Setelah aku selesaikan hari tiada rasa terselesaikan hari Setelah aku tertawa tiada teman bertawa Jadi aku bertanya saja pada kopi Sudah sepahit kau kah hidupku? Sudah katanya. Setidaknya yang ku rasa-rasa itu jawabnya. Bisa juga ku lebih-lebihkan jawabannya. Bagaimana pula bisa kubertanya pada kopi? Aku tambahkan gula 6 sendok makan. Itulah yang tersisa padaku. Aku tanya pada kopi. Bisakah hidupku ku tambah 6 sendok gula?
Komentar
Posting Komentar