Ayo Ngobrol!

Manusia tidak ada yang memilih hidup seperti apa. Begitu juga aku. Terkadang, aku lelah hidup di atas kaki sendiri, melelahkan. Walau tidak semuda saudara-saudara bangsaku yang lain, yang bahkan hidup sendiri ketika baru saja menginjak umur 12, 7 bahkan 5 tahun, aku merasa lelah. Kehidupan yang berat itu aku coba sandarkan kepada orang baru yang ada dihidupku, namun ternyata sedikit sandaran saja sudah membuatku ditinggalkan, lelah katanya.

Tapi kalau lelah terhadapku dan aku bisa ditinggalkan, kalau lelah terhadap hidupku sendiri, bagaimana mungkin aku meninggalkan hidup? Sedang mati itu sendiri adalah putus harapan, sedang aku bukan lelaki putus asa. Aku cuman lelah, dan butuh sandaran. Aku lupa aku bisa bersandar pada Allah SWT, dan sudah lama tidak bersandar. Tidak meminta banyak, tidak menuntut banyak. Seakan-akan apa yang ku raih hingga saat ini bukan karena nikmatnya dan karena ratusan permintaan yang dulu aku minta.

Kenapa aku lelah? Karena untuk menghidupi diriku ini, aku harus mengajar ke berbagai kota. Kebanyakan ditempuh dengan kereta listrik, sehingga perjalanan pergi saja terkadang mencapai 14 jam. Dan ketika mengajar? Lelahnya minta ampun karena pembelajaran dimulai dari pagi hingga 10 malam. Apakah bayarannya sepadan? Tentu iya, bahkan berlebih. Tapi harga yang aku harus bayar juga sangat besar, kuliah ku yang disubsidi rakyatku sendiri harus kutinggalkan, teman-teman yang mulai merasa aku hilang-hilangan, hingga tersendatnya penelitianku.

Semua orang punya masalahnya sendiri, dari yang ibu ayahnya tidak harmonis, trauma kekerasan yang diterima saat kecil, terlahir sebagai anak yang tidak diinginkan, besar tanpa sering disentuh ibu dan ayahnya karena sibuk bekerja, menjadi anak sulung yang harus membawa tanggung jawab seorang ayah ketika ayah sudah tiada, depresi, tidak yakin akan diri sendiri, kesepian. Aku merasa kecil. Tapi aku mengerti tidak ada satupun masalah mereka yang tertulis di kening mereka. Semuanya terkubur 3 kaki dalamnya. Namun terkadang, seiring tidak kuatnya mereka menahan sendiri, mereka mengemis meminta bantuan. Sayang, gengsi seorang manusia menahan mereka untuk berbicara sejujurnya. Mereka memintanya tidak secara terang-terangan, tapi tetap saja semua orang mengerti. Salahnya, walaupun mengerti, manusia cenderung tidak memberikan bantuan. Merasa dirinya punya lebih banyak masalah yang harus diurus.


Bukankah kita seharusnya saling membantu? Karena aku lelah, jadi aku ingin meminta bantuan kamu untuk mengobrol denganku, semampu kamu bisa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagiku, kau adalah sebuah kemewahan

Untitled

Aku bertanya pada kopi