Celetukan Kawan Lama

Disela-sela reuni kecil itu, kawanku melontarkan kalimat yang aku rasa juga terngiang di kepala setiap orang di meja itu, termasuk aku.
Dia bilang,

"Pengen rasanya balik ke waktu sma dulu."

Semuanya diam sesaat, tak terkecuali aku. Lalu kembali berbicara hal lain, mengalihkan topik.

Dan selama 3 hari ini setelah celetukan itu, banyak yang kupahami.

Tidak bisa dipungkiri, celetukan dia sangat benar. Aku juga sangat merindukannya.

Banyak hal yang sangat berharga, sangat bernilai, terjadi di masa lalu. Banyak yang selalu mengatakan masa sma adalah masa-masa paling indah, dan sebagai manusia yang masih hidup dan memiliki hak untuk bersuara sampai sekarang, dengan lantang aku berkata, mereka semua benar.

Bagiku sendiri, aku selalu mensyukuri hari-hari dulu, saat aku sedikit demi sedikit menemukan 'aku'. Aku sekarang tak lebih tak kurang adalah aku dahulu. Aku yang terinjak-injak dan lekas dibiarkan tumbuh menjulang tinggi, aku yang dulu dilempar ke hitam pekat dan kembali bersinar, dan aku yang diberikan tekanan dan suhu ekstrim, sehingga perlahan keluar mengeras sekeras intan. Setidaknya bagiku, penderitaan-penderitaan dahulu adalah cara aku menjadi sekarang. Walaupun secara harfiah aku tidak tumbuh seperti pohon, atau memang ditenggelamkan ke danau lumpur, atau pun dipanggang dan ditekan bagai daging panggang, aku selalu tahu disaat-saat itu mereka selalu berada dibelakangku. Tidaklah aku merindukan penderitaan-penderitaannya, tapi aku merindukan mereka yang bersamaku. Yang bersamaku diinjak dan tumbuh, bersamaku ditutup pekat dan bersinar, dan yang bersamaku mengeras layaknya intan.

Sekarang aku diinjak ditutup pekat dan dikubur dalam penderitaan,
sendirian.

“Banyak orang yang menangisi masa lalunya dan rindu untuk kembali ke masa-masa itu. Tapi mengapa kita tidak berfikir untuk memperbaiki hari ini sebelum ia menjadi masa lalu..?”

(Syaikh Ali Musthafa Thantawi, dikutip dari official account line 'Berdakwah')

Hal yang aku lupakan adalah, kenapa aku tidak berhenti untuk merindukan banyak hal? Aku tidak hidup untuk terjebak dalam bayang masa lalu. Aku, sebagaimana manusia lainnya, punya hak untuk berjuang, melanjutkan hidup. Mencari saudara saudara baru yang bersedia menemani dalam penderitaan. Sehingga kami akan tumbuh lebih besar, bersinar lebih terang dan sekeras-kerasnya intan, lebih keras kami.

Kami akan bersama-sama memperbaiki hari ini, hari esok, hari esoknya lagi, hingga kan tiada hari dimana kami merasa menyesali hari dibelakang.

Mungkin disela-sela rinduku, aku hanya bisa mengubahnya menjadi doa yang berpilin untuk hidupmu, supaya kau segera menemukan saudara-saudaramu juga, kawan. Menemanimu  sepertiku.

Apalah arti rindu jika hanya bisa ditangisi. Setidaknya dengan doamu, tangismu tiada lagi sia-sia.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagiku, kau adalah sebuah kemewahan

Untitled

Aku bertanya pada kopi