Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2018

Sibuk

Aku mencari kesibukan setiap hari. Dimulai dari pagi hingga tengah malam, aku harus menjadi orang tersibuk di dunia. Aku maunya seperti itu. Mulai pagi sekali setelah subuh, kamar yang baru saja ku sapu kemarin sore, kusapu lagi. ku atur semua ya rapi. kursi, meja, pakaian, tas semuanya. Menghabiskan banyak sekali waktu hingga ku ke kampus, mengerjakan penelitianku, dari pagi sampai maghrib, non-stop. Aku menghindari pulang, aku kelayapan, mengerjakan tugas, makan-makan, terserah yang penting aku tidak pulang dulu. hingga larut, aku pulang. aku berharap gabungan kesibukan dan letih membuatku segera tidur. Tapi tidak. Aku hanya terbayang kamu, hingga akhirnya ku tertidur, semacam memori lalu terputar lagi dalam mimpi. memori-memori yang menyenangkan, yang membuat aku lupa bahwa aku tidak bisa menuntut siapa-siapa untuk memberikan aku kebahagian sejak lama. aku bisa menuntut kamu, di mimpi. Sibuk masih belum bisa menghapus apa-apa yang tersisa, Aku ingin disebelahmu saja.

Aku Mencintaimu Hari Ini dan Besok Saja

Mencintaimu membuatku menjadi gagah Karena gagah dimulai dari gigih Mencintaimu membuatku menjadi bintang Karena bintang harus tahan banting Namun gagahku kini tak kukuh Rubuh bersama gelombang jemumu Terarak berserak Tergulung ke palung Namun bintangku kini bintang redup Melesap bersama senyap Padam karam bersama diam yang kau ledakkan padaku Sayang, aku hanya mencintaimu hari ini dan besok saja Tapi kuanjurkan kau baca ini setiap pagi dan senja Agar lusa kudengar kau kembali katakan cinta Mencintaiku di hari itu dan esoknya

Lelah Menduga

Apa yang ingin ku coba lakukan dengan menulis disini adalah atas saran seorang teman dekatku di kampus sesaat setelah aku menangis padam melewati telepon genggam dengannya. Aku sedang bergulat berberapa waktu terakhir dengan rasa gelisah akan kehilangan seseorang yang benar-benar aku sayang (lagi). Untuk memulainya aku ingin menceritakan cerita singkat tentang ibuku dan aku dulu saat masih SMP. Aku waktu itu masih kelas 1 SMP, atau kelas dua, aku tak terlalu ingat. Yang ku ingat adalah apa yang terjadi saat itu. Selesai pulang sekolah, aku menunggu mama untuk menjemputku disekolah, dan aku duduk pelataran teras sekolah bagian depan. Satu persatu teman-temanku dijemput dan meninggalkan aku sendirian dalam pikiran ‘kenapa mama lama sekali?’ sudah satu jam lebih setelah aku telepon mama dan mama bilang ‘yalah’. Singkat tapi jelas, karena rutinitas ini dilakukan setiap hari, dan mama pasti tau bahwa tujuan aku menelepon adalah untuk menjemput karena aku cuma bilang ‘ma, udah pulang’. ...